Menanti Langkah Balasan dari Teheran
Wakil Presiden Amerika Serikat, JD Vance, menyatakan bahwa pemerintah AS tengah mengamati dengan cermat reaksi Iran setelah tiga fasilitas nuklirnya dibombardir. Ia menyebut bahwa 24 jam ke depan akan menjadi momen krusial untuk melihat apakah Iran akan membalas secara militer atau tetap melanjutkan program senjata nuklirnya. Vance juga mengungkap bahwa AS telah menerima sejumlah pesan tidak langsung dari Iran, baik melalui jalur publik maupun pribadi, yang menunjukkan adanya komunikasi di balik layar.
Serangan yang Diputuskan Menit Terakhir
Vance mengungkap bahwa Presiden Donald Trump membuat keputusan akhir untuk melancarkan serangan hanya beberapa menit sebelum bom dijatuhkan. Ia menegaskan bahwa presiden memiliki kewenangan penuh untuk membatalkan operasi hingga detik terakhir, namun akhirnya memilih untuk melanjutkan. Hal ini menunjukkan betapa sensitif dan cepatnya dinamika pengambilan keputusan dalam situasi geopolitik yang memanas.
Peringatan terhadap Iran dan Penolakan Perang Darat
Terkait kemungkinan Iran menutup Selat Hormuz sebagai bentuk balasan, Vance menyebut langkah itu sebagai tindakan “bunuh diri” yang akan menghancurkan ekonomi Iran sendiri. Ia juga menegaskan bahwa AS tidak berniat mengerahkan pasukan darat, meredam kekhawatiran akan eskalasi militer besar-besaran. Namun, pernyataan ini tetap menyisakan ketegangan tinggi di kawasan, dengan dunia menanti apakah konflik akan mereda atau justru membara lebih luas.